ILE LEWOTOLOK….
Gambaran Sebuah Keagungan.
Gambaran Sebuah Keagungan.
Ile Lewotolok adalah nama sebuah G. Api di kabupaten Lembata, yang kemudian lebih di kenal dengan sebutan Ile Ape. Nama ile Ape adalah nama kecamatan dimana Ile Lewotolok berada.
Secara Harafiah Ile Ape...
adalah gunung berapi, Ile berarti gunung, Ape berarti api. Ile Ape = Gunung
Api. Ile Lewotolok atau yang lebih dikenal dengan nama Ile Ape memiliki
ketinggian 1.450 meter di atas permukaan laut. Menurut catatan, Ile Lewotolok
telah meletus sebanyak beberapa kali sejak tahun 1660. Lalu meletus lagi pada tahun
1819, kemudian pada tahun 1821, tahun 1864, Tahun 1889 dan 1920.
Perjalanan ke Ile Lewotolok.
Pendakian yang telah direncanakan di mulai pada jam 02.00 pagi, baru dapat di mulai pada jam 04.00 pagi. Sebuah awal memulai perjalanan pendakian yang terlambat, karna sudah pasti tidak dapat menyaksikan matahari terbit dari puncak gunung.
Perjalanan ke Ile Lewotolok.
Pendakian yang telah direncanakan di mulai pada jam 02.00 pagi, baru dapat di mulai pada jam 04.00 pagi. Sebuah awal memulai perjalanan pendakian yang terlambat, karna sudah pasti tidak dapat menyaksikan matahari terbit dari puncak gunung.
Untuk sampai ke puncak Ile
Lewotolok dapat ditempuh memalui beberapa jalur pendakian dan kami memilih
menempuh perjalanan melakukan pendakian melaui Lewohala. Dengan pertimbangan
jalur ini lebih mudah untuk melakukan pendakian. Kami berempat dengan
menggunakan dua sepedamotor memulai perjalanan menuju kampung adat Lewohala,
motor kemudian di parkir di kampung adat kemudian dilanjutkan dengan perjalanan
kaki.
Kami di pandu oleh Philipus
Domaking. Dari kampung adat Lewohala, kami melewati kebun-kebun milik
masyarakat, hutan kayu pahlawan…suara kicauan burung bersahutan…seakan memberi
semangat bagi kami…perlahan dan pasti, langkah kaki kami meninggalkan hamparan
hutan kayu pahlawan dan memasuki padang dengan tekstur tanah bebatuan yang
mudah runtuh sehingga sangat membutuhkan ke hati – hatian. Samar – samar aroma
belerang mulai tercium bercampur dengan aroma keringat yg membasahi tubuh.
Angin yang bertiup memberikan sebuah kesejukan tersendiri pada setiap ayunan
langkah kaki menuju puncak ile lewotolok.
Ada keunikan yang dimiliki
oleh Philipus Domaking sang pemandu, ketika kami memasuki area padang sang
pemandu melakukan pendakian dengan cara berlari. Ketika kami bertiga sampai
pada tempat dia menunggu kami, dia melakukan pendakian dengan cara yng sama
lagi…berlari…dan sy hanya bisa berucap “ah…kalo kita bertiga juga mendaki
dengan cara berlari seperti dia, pasti akan lbh cepat sampai ke puncak”.
Mendekati puncak Ile Lewotolok, kami sejenak berisirahat, duduk menikmati pemandangan lembata dr ile lewotolok sungguh sebuah keindahan yang luar biasa…dan tidak hanya keindahan lembata…jauh disana….di adonara terlihat Ile Boleng berdiri dengan megahnya. Kami kemudian melanjutkan perjalanan kami mencapai puncak ile lewotolok. Semua rasa lelah dalam pendakian selama 3 jam seketika sirna ketika tiba di puncak ile lewotolok.
Gambaran Sebuah Keagungan.
Setelah puas menikmati pemandangan dari puncak ile lewotolok dan mengabadikan gambar dari puncak ile lewotolok, kami menuju kawah. Bau belerang yang menyengat sungguh tidak berarti, karna yang ada hanyalah keinginan untuk bisa menyisiri kawah ile lewotolok. Berjalan di atas hamparam batu magma hitam menuju kawah…kami kemudian menjejakan kaki di atas hamparan pasir putih di tengah kawah. LUAR BIASA….sy bergumam….hamparan pasir putih di tengah kawah...
Diatas hamparan pasir putih ini ada banyak nama yang di tulis dengan cara menyusun batu batu magma hitam menjadi huruf dan membentuk nama. Nama – nama yang ada merupakan nama dari orang – orang yang telah menjejakan kaki di kawah ile lewotolok.
Mendekati puncak Ile Lewotolok, kami sejenak berisirahat, duduk menikmati pemandangan lembata dr ile lewotolok sungguh sebuah keindahan yang luar biasa…dan tidak hanya keindahan lembata…jauh disana….di adonara terlihat Ile Boleng berdiri dengan megahnya. Kami kemudian melanjutkan perjalanan kami mencapai puncak ile lewotolok. Semua rasa lelah dalam pendakian selama 3 jam seketika sirna ketika tiba di puncak ile lewotolok.
Gambaran Sebuah Keagungan.
Setelah puas menikmati pemandangan dari puncak ile lewotolok dan mengabadikan gambar dari puncak ile lewotolok, kami menuju kawah. Bau belerang yang menyengat sungguh tidak berarti, karna yang ada hanyalah keinginan untuk bisa menyisiri kawah ile lewotolok. Berjalan di atas hamparam batu magma hitam menuju kawah…kami kemudian menjejakan kaki di atas hamparan pasir putih di tengah kawah. LUAR BIASA….sy bergumam….hamparan pasir putih di tengah kawah...
Diatas hamparan pasir putih ini ada banyak nama yang di tulis dengan cara menyusun batu batu magma hitam menjadi huruf dan membentuk nama. Nama – nama yang ada merupakan nama dari orang – orang yang telah menjejakan kaki di kawah ile lewotolok.
Dari hamparan pasir putih
kami berjalan menuju belerang. Berjalan menuju belerang itu seperti
melangkahkan kaki di atas kulit telur rebus. Butuh kehati hatian karna akibat
panas dari dalam perut gunung, batu – batuan menjadi seperti di masak…dan jika
salah menginjakkan kaki maka rasanya seperti menginjak kulit telur rebus.
Dari belerang kami kemudian menyisiri sebuah kali kecil yang kering dengan pasir kalinya, dan pada tebing bagian barat begitu banyak tumbuh rumput. Dari bagian ini kami kemudian menuju bagian barat sampai utara. Pada bagian ini adalah hamparan yang terdiri dari campuran tanah, debu dan pasir yang sdh mengering dan membentuk pecahan pecahan….seperti ubin alam, yang pada bagian atasnya terdapat hamparan batu magma hitam. Ile Lewotolok, dengan semua yang di milikinya adalah “Gambaran Sebuah Keagungan”. Kurang lebih satu setengah jam kami berada di kawah ile lewotolok, setelah puas menyisiri kawah dan mengabadikan gambar, saatnya kami harus pulang. “Perjalananku bukan perjalananmu, Perjalananku juga perjalananmu” (AlHilari)
Dari belerang kami kemudian menyisiri sebuah kali kecil yang kering dengan pasir kalinya, dan pada tebing bagian barat begitu banyak tumbuh rumput. Dari bagian ini kami kemudian menuju bagian barat sampai utara. Pada bagian ini adalah hamparan yang terdiri dari campuran tanah, debu dan pasir yang sdh mengering dan membentuk pecahan pecahan….seperti ubin alam, yang pada bagian atasnya terdapat hamparan batu magma hitam. Ile Lewotolok, dengan semua yang di milikinya adalah “Gambaran Sebuah Keagungan”. Kurang lebih satu setengah jam kami berada di kawah ile lewotolok, setelah puas menyisiri kawah dan mengabadikan gambar, saatnya kami harus pulang. “Perjalananku bukan perjalananmu, Perjalananku juga perjalananmu” (AlHilari)
Menikmati sunrise dari kaki Ile Lewotolok.
Istirahat sejenak sambil menikmati pemandangan.
Hamparan pasir putih di kawah Ile Lewotolok.
Dia sang pemandu.
Mengambil belerang di Ile Lewotolok.
Berdiri di atas belerang.
Hamparan yang terdiri dari campuran tanah,
debu dan pasir yang sdh mengering.
Kami begitu kecil di tengah alam.
Saatnya pulang.
Seja di P. Lomblen (P. Lembata), jauh di sana Ile Boleng berdiri dengan megahnya.